Suaramedannews.com – Yogyakarta –
۞ لَتَجِدَنَّ اَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِّلَّذِيْنَ اٰمَنُوا الْيَهُوْدَ وَالَّذِيْنَ اَشْرَكُوْاۚ وَلَتَجِدَنَّ اَقْرَبَهُمْ مَّوَدَّةً لِّلَّذِيْنَ اٰمَنُوا الَّذِيْنَ قَالُوْٓا اِنَّا نَصٰرٰىۗ ذٰلِكَ بِاَنَّ مِنْهُمْ قِسِّيْسِيْنَ وَرُهْبَانًا وَّاَنَّهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُوْنَ ۔
“Pasti akan engkau dapati orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Pasti akan engkau dapati pula orang yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang berkata, “Sesungguhnya kami adalah orang Nasrani.” Hal itu karena di antara mereka terdapat para pendeta dan rahib, juga karena mereka tidak menyombongkan diri” (al-Maaidah: 82).
Format pertanyaan yang dijadikan penulis sebagai judul dalam tulisan ini, lumrahnya digunakan para pegiat literasi terdahulu berusaha menggugah pembaca dengan bertanya dengan begitu diharapkan akan mengena dalam jiwa, lebih mudah dipahami dan menarik perhatian dengan diiringi dalil menjadi jawaban yang paling tepat, tidak hanya menjawab berdasar kaca mata atau perspektif takdir, namun juga memberi gambaran sejarah dan dinamika yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-sehari.
Tidak perlu menjadi setan dalam menghadapi para pengikut jejak-jejak atau penganut ajaran setan. Sikapi dengan penyerahan, artinya kembali kepada Allah dengan bimbingan dan petunjuknya serta meyakini sepenuh hati bahwa Allah adalah Maha Menghakimi dengan ke-Maha Adil-anNya yang membalas setiap perbuatan paling zalim sekalipun.
Artinya tidak perlu harus kehilangan akhlak dan bersikap hilang kontrol atau terlibat aktif dengan terjun bersama-sama dalam menyikapi perilaku orang-orang yang kesetanan tersebut, adalah bentuk dari baroo’ah atau berlepas diri yang diajarkan dalam Islam. Senantiasa berlindung dan memohon kebaikan kepada Allah agar dihindarkan dari segala bentuk (takdir) buruk.
Melalui percontohan seorang Ibrahim, satu selain Muhammad, sebagai teladan baik yang tersebut dalam al-Qur’an, sikap baro’ah ditunjukkan Ibrahim pada titik tertentu setelah berusaha sebisa daya dalam menghadapi kaumnya.
Semaksimal Ibrahim dalam menjalankan dakwahnya, semisal memahami cara pikir kaumnya dengan mengikutinya untuk kemudian menunjukkan kesalahan mereka, namun pada saat mereka konsisten dengan sikap sesat, maka baro’ah atau berlepas diri merupakan pilihan terbaik yang dapat diambil.
Di tengah hiruk-pikuk dunia, terdapat negara-negara dengan mayoritas penduduknya adalah Nasrani bersikap tidak menyerang terhadap umat Islam. Adapun Palestina oleh Yahudi, dan Rohingya oleh Buda, menjukkan secara nyata kebenaran ayat al-Qur’an tentang kerasnya permusuhan keduanya terhadap umat Islam.
Adapun di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam, eksistensi penganut agama atau mereka yang mengaku diri Nasrani tetap terjaga. Dan kiranya senantiasa berdinamika dalam harmoni dan dalam kebenaran, “Shodaqallah!”
Penulis : Nazwar, S. Fil. L, M. Phil.
Editor : Red