Yayasan Budaya Hijau Indonesia Peringati Hari Lingkungan Hidup Sedunia

suaramedannews.com,MEDAN- Memperingati Hari Lingkungan Hidup se-Dunia, Yayasan Budaya Hijau Indonesia (YBHI) melakukan serangkaian kegiatan yakni pengukuhan Pengurus Relawan Dunia Eco Enzyme (RDEE) Medan – Deli Serdang serdang Periode 2024 – 2027 di Kelurahan Silalas, sarasehan dengan pembicara Konsul Kehormatan Thailand untuk Provisi Sumatera Utara, Riau dan Riau Kepulauan, Dr. Ir. Martono Anggusti, M.H, M.Hum.
Founder/CEO Yayasan Budaya Hijau Indonesia, HM Surya Yusuf, SE., M.Si. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan, Muhammad Husni, SE., M.Si, serta penanaman pohon kelapa Genjah Entog, Cuci Sangai dengan Eco Enzyme, Tabur Bibit Ikan, Pelepasan Burung ke Alam Bebas, di Bantaran Sungai Deli, Jalan Sei Deli, Masjid Maraset, Lingkungan 10, Kelurahan Silalas, Kecamatan Medan Barat, Kota Medan, Ahad (9/6/2024).

Konsul Kehormatan Thailand untuk Provisi Sumatera Utara, Riau dan Riau Kepulauan, Dr. Ir. Martono Anggusti, M.H, M.Hum dalam kegiatan sarasehan dengan tema perubahan iklim, dan pentingnya melakukan perlindungan di daerah tangkapan air untuk melestarikan keanekaragaman hayati serta sumber air mengungkapan masalah lingkungan hidup bukan urusan satu atau dua orang, tapi masalah lingkungan hidup bagaimana meningkatkan peran masyarakat.

Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH) Nomor 32/2009 Pasal 70 ayat pertama menjelaskan masyarakat memiliki hak dan kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan aktif dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Begitu pula di dalam UU Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya pada Bab IX Pasal 37 ayat pertama menjelaskan peran serta rakyat dalam konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya diarahkan dan digerakkan oleh Pemerintah melalui berbagai kegiatan yang berdaya guna dan berhasil guna.

Sedangkan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan, Muhammad Husni, SE., M.Si menjelaskan kondisi lingkungan hidup sudah mengkhawatirkan. Perubahaan iklim saat ini tidak bisa lagi dapat diprediksi, kapan hujan dan kapan kemarau. Setiap saat bencana alam bisa saja terjadi. Apalagi di Medan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah cuma satu yakni di daerah Terjun saat ini dengan ketinggian 50 meter dan itu tentu sangat rentan terjadi bencana.
Termasuk tiga sungai yang melintas di Kota Medan, semuanya krisis.
“Masyarakat, persoalan lingkungan hidup di Kota Medan, ayo kita deklarasikan lingkungan hidup yang mumpuni dan tidak sekedar seremonial,” ajaknya.

Setiap orang punya peran dalam menjaga lingkungan hidup karena itu disusun sebuah perencanaan secara masif dimana peran pemerintah, akademisi, komunitas, pengusaha, dan media harus terlibat dan bersinergi.

Founder/CEO Yayasan Budaya Hijau Indonesia, HM Surya Yusuf, SE., M.Si menjelaskan dibutuhkan kesadaran bersama dalam mencegah terjadi global warming. Sayangnya kesadaran tersebut masih tumbuh di tengah-tengah masyarakat, salah satunya penggunaan air condition (AC) secara berlebihan yang dapat menyumbang terjadi global warming. Begitu pula penggunaan kendaraan bermotor dan mobil yang terus meningkat. Sudah saat penggunaan angkutan massal menjadi pilihan utama.

Menjaga dan Mengelola Sumber Daya Air

* Mengelola kawasan konservasi
* Rehabilitasi lahan hutan (penanaman pohon).
* Melakukan reuse dan recycle dengan memanfaatkan air yang sudah terpakai.

Turut hadir dalam kegiatan tersebut Sekjen Yayasan RDEE Indonesia, Drg. Sulfia Rambe, Ketua RDEEI Sumut, Ir. Ramot Tobing., Wakil Rektor UMA, Dr. Ir. Bayu Rahmad Syah., M.Kom., IPM Asean Eng, APEC Eng, FORSA UMA Ir. Tauhid Ichyar, Pembina Yayasan KOGANA Sumut Benny YP, Forum Pengurangan Resiko Bencana (F-PRB) Sumut Abdul Aziz, IKAL Lemhanas, Muspika Kecamatan Medan Barat, Mahasiswa Universitas Mahkota Tricom Unggul, Nomensen, UMA, UMSU dan para undang lainnya.

(Reporter:Anto/Editor:Supriadi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *