Suaramedannews.com, Medan – Menjadi daerah yang memiliki banyak destinasi wisata tentunya dapat mendatangkan keuntungan bagi masyarakat daerah tersebut. Karena pastinya wilayah ini akan kedatangan banyak pengunjung yang ingin menikmati sejumlah tempat wisata yang ada. Tentunya hal ini akan memberikan dampak baik untuk perekonomian warga disekitarnya.
Sibolga, salah satu kota kecil yang terletak di pulau Sumatera Utara ini memiliki ragam wisata yang ramai akan pengunjung. Hal dikarenakan Sibolga di dominasi oleh wilayah pesisir pantai dengan sejumlah pemandangan indah, maka dari itu tak heran jika daerah ini memiliki ramai pengunjung di musim liburan.
Namun menjadi daerah yang memiliki banyak peminat juga dapat memberikan dampak negatif terhadap kebersihan lingkungan daerah tersebut. Tentunya semakin banyak pengunjung yang datang ke daerah itu, maka semakin banyak juga sampah yang dibawa oleh para pengujung. Sehingga hal ini dapat dikatakan sebagai tugas tambahan untuk para warga sekitar, agar tetap dapat menyeimbangkan antara kebersihan lingkungan dan ramainya jumlah pengunjung yang datang ke daerah mereka.
Ini yang menjadi pendorong utama terbentuknya komunitas memilah sampah pesisir dengan nama Seabolga, komunitas ini di dirikan sejak tahun 2019. Anggota dari komunitas lingkungan ini adalah para anak muda kota Sibolga yang memiliki rasa peduli terhadap tempat tinggal mereka. Kegiatan yang diadakan oleh komunitas ini berupa informasi serta edukasi mengenai bagaimana cara proses memilah sampah yang benar.
“Seperti ketika kami melakukan kunjungan ke sekolahan, kami membawa tema memilah sampah dari rumah. Jadi para adik-adik itu akan diajarkan cara memilah sampah organik, anorganik dan B3. Sehingga mereka nantinya bisa menyumbang atau membantu untuk proses daur ulang sampah sebenernya. Karena sampah tidak bisa di daur ulang, kalau sampah tersebut tidak bersih dan tidak terpilah” ucap Yuli Efriani selaku founder dari komunitas Seabolga.
Yuli juga menjelaskan bagaimana Seabolga melakukan kegiatan bersama masyarakat sekitar, dimana tim akan mengumpulkan 20 kartu keluarga yang menjadi fokus utama tim Seabolga untuk dicatat timbulan sampah mereka. Setelah itu warga akan diberikan trash bag yang berbeda untuk sampah organik, anorganik dan B3. Yang mana nantinya akan dipantau oleh tim Seabolga selama 12 hari, lalu tim akan melakukan pengajaran tentang sampah yang masih bisa digunakan dan sampah bisa menjadi pakan ternak hingga sampah yang tidak bisa digunakan lagi.
Hal ini yang menjadi salah satu faktor mengapa beberapa wilayah di pesisir Sibolga tetap terjaga kebersihan lingkungannya. Sehingga dari kegiatan ini mampu membuat masyarakat paham akan pentingnya proses memilah sampah sekitar.
(Penulis:Adinda Amelia Putri Br. Tarigan/Editor:Royziki F.Sinaga)